Kumkum berupa salah satu tujuan wisata masyarakat di PalangkaRaya ,
dan mungkin merupakan salah satu tujuan wisata paling dekat. Dan karena
satu-satunya tujuan wisata yang paling dekat, maka sangat wajar jika di
hari-hari tertentu tempat wisata ini sangat ramai sekali.
Lokasinya sangat dekat sekali dengan kota PalangkaRaya nya kira2 sekitar 5km dari pusat kota, dan tidak begitu jauh dari jembatan Kahayan (iconnya PLK). Dan Kumkum ini sendiri juga berada di tepian kahayan. Tempat wisatanya berupa tempat rindang yang menyediakan gubuk-gubuk dari kayu yang berupa rumah panggung dan dirindangi oleh pohon-pohon karet. Dan jika air lagi pasang, air-air dari sungai kahayan akan berada di bawah gubuk-gubuk tersebut. Dan semua lokasinya itu berada diatas panggung-panggung dari kayu.
Selain gubuk-gubuk tersebut yang dikenakan tarif untuk sewanya per jam, juga disediakan tempat duduk yang berada di jalan-jalan panggung dan free. Kita bisa memesan makanan/minuman dari tempat-tempat makan yang berada di dalam lokasi wisata tersebut sambil menikmati live musik dari panggung Flexiholic yang berada di tengah-tengah lokasi Kumkum . Dan kita juga bisa melihat aktivitas-aktivitas nelayan di sungai kahayan.
Dan jika kita sebagai pendatang atau kita membawa anak-anak, tempat ini juga sebagai kebun binatangnya kota PalangkaRaya, karena di dalam tempat wisata ini juga disediakan beberapa kandang binatang. Dan binatang-binatang disini juga berupa binatang2 khas kalimantan seperti Buaya, Beruang Madu, Burung Tingang (maskot Kalteng), Monyet, Kuskus, dll. Tapi yang sayang sekali Orang Utan dan Bekantan (monyet khas kalimantan) tidak ada.
Lokasinya sangat dekat sekali dengan kota PalangkaRaya nya kira2 sekitar 5km dari pusat kota, dan tidak begitu jauh dari jembatan Kahayan (iconnya PLK). Dan Kumkum ini sendiri juga berada di tepian kahayan. Tempat wisatanya berupa tempat rindang yang menyediakan gubuk-gubuk dari kayu yang berupa rumah panggung dan dirindangi oleh pohon-pohon karet. Dan jika air lagi pasang, air-air dari sungai kahayan akan berada di bawah gubuk-gubuk tersebut. Dan semua lokasinya itu berada diatas panggung-panggung dari kayu.
Selain gubuk-gubuk tersebut yang dikenakan tarif untuk sewanya per jam, juga disediakan tempat duduk yang berada di jalan-jalan panggung dan free. Kita bisa memesan makanan/minuman dari tempat-tempat makan yang berada di dalam lokasi wisata tersebut sambil menikmati live musik dari panggung Flexiholic yang berada di tengah-tengah lokasi Kumkum . Dan kita juga bisa melihat aktivitas-aktivitas nelayan di sungai kahayan.
Dan jika kita sebagai pendatang atau kita membawa anak-anak, tempat ini juga sebagai kebun binatangnya kota PalangkaRaya, karena di dalam tempat wisata ini juga disediakan beberapa kandang binatang. Dan binatang-binatang disini juga berupa binatang2 khas kalimantan seperti Buaya, Beruang Madu, Burung Tingang (maskot Kalteng), Monyet, Kuskus, dll. Tapi yang sayang sekali Orang Utan dan Bekantan (monyet khas kalimantan) tidak ada.
Danau ini merupakan danau alam yang terbentuk karena adanya perubahan aliran sungai Kahayan. Danau Tahai berjarak sekitar 30 KM dari pusat kota.
Danau Tahai memiliki keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh danau-danau lainnya (terutama di luar Pulau Kalimantan), yaitu airnya berwarna merah—yang disebabkan oleh akar-akar pohon di lahan gambut. Di sekitar danau, pengunjung juga dapat menyaksikan pemandangan yang unik, yaitu banyak terdapat rumah-rumah terapung—yang oleh penduduk setempat disebut sebagai rumah lanting.
Lokasi danau ini mudah dijangkau. Lokasinya yang berada di pinggir jalan Palangkaraya—Sampit membuat Danau Tahai tidak sulit untuk dijangkau, baik dengan kendaraan pribadi maupun sarana transportasi umum. Jika menggunakan sarana transportasi umum, pengunjung dapat naik bus jurusan Palangkaraya—Sampit dengan jarak tempuh sekitar 30 km dan turun di Desa Tahai. Dari Desa Tahai, pengunjung dapat langsung menuju lokasi danau cukup dengan berjalan kaki.
Selain memiliki panorama yang sangat indah, obyek wisata Danau Tahai juga dilengkapi dengan sarana akomodasi dan fasilitas yang cukup lengkap, di antaranya: sepeda air angsa, tempat duduk santai, perahu dayung/bermotor yang bisa disewa jika pengunjung ingin mengelilingi danau, jembatan/titian penghubung, tempat karaoke, rumah makan terapung, mushola, WC umum, dan areal parkir yang dilengkapi dengan pos keamanan di pintu masuknya. Selain itu, di sekitar obyek wisata Danau Tahai ini juga terdapat rumah-rumah penginapan yang mematok harga antara Rp 75.000—Rp 200.000 per malam (Mei 2008).
Dok: Tommy Br Lulu, Guru Komputer SMAN 1 Sampit (Pemandangan Sebelah Barat Ujung Pandaran)
Pantai Ujung Pandaran, merupakan sebuah pantai yang berada di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Letaknya berada di 80 km selatan dari pusat Kota Sampit (red: Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur) dan berbatasan langsung dengan laut Jawa. Ujung pandaran merupakan tempat yang indah, menarik dan layak dikunjungi untuk melepas lelah dan kepenatan dari berbagai aktivitas yang telah menyibukkan. Letaknya yang jauh dari keramaian kota membuat Anda merasakan punya dunia sendiri di sana. Memang tempat yang sangat enak untuk having fun baik bersama teman-teman, dan keluarga. Menjelang matahari terbit dan tenggelam merupakan waktu yang tepat untuk melihat keindahan pantai ini. Ujung Pandaran sangat ramai dipadati wisatawan domestik pada saat setelah hari raya Idul Fitri, tahun baru dan hari libur lainnya.
Pantai Ujung Pandaran dapat diakses melalui darat dengan waktu kurang lebih 3 jam. Anda bisa menggunakan mobil, atau motor pribadi. Perjalanan melalui darat akan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan bagi Anda. Melewati perkebunan kelapa dan berbagai keindahan-keindahan semak belukar di samping kanan-kiri jalan. Jalan yang sesekali aspal, kerikil, semen akan anda lewati. Anda pun akan melewati jembatan yang dibawahnya mengalir sungai-sungai kecil.
Ketika sampai di daerah Ujung Pandaran Anda akan di sambut oleh warga masyarakat Desa Ujung Pandaran yang mayoritas bermata pencaharian nelayan dan perkebunan kelapa. Aroma khas ikan asin pun akan Anda rasakan ketika baru memasuki daerah ini. Ketika masuk kedalam area pantai maka Anda akan disambut oleh butiran-butiran halus pasir putih dan ombak-ombak yang cukup besar yang membawa kayu-kayu besar ke pesisir pantai. Didalam area pantai akan dijumpai beberapa rumah atau saung yang bisa dijadikan tempat berteduh dari sinar matahari yang memang cukup panas. Angin-angin pun dengan sempoinya menyegarkan tubuh Anda kembali dari keringat yang mulai bercucuran akibat terik matahari yang memang cukup panas.
Melihat kearah pantai, sesekali terlihat perahu-perahu nelayan sedang beroperasi. Di pesisir pantai, Anda bisa berbalut dengan pasir-pasir putih sekedar membuat istana pasir. Melihat kearah barat pantai, ombak-ombak semakin besar mengehempas pesisir pantai dan pepohonan yang ada disana. Indah sekali rasanya bisa berada di pantai Ujun pandaran. Menjelang Sore hari anda akan melihat betapa indahnya matahari tenggelam yang seolah-olah merubah warna disana agak ke orange.
Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling
Bukit Tangkiling yang berjarak 34 kilometer dari pusat Kota
Palangkaraya ini termasuk dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit
Tangkiling. Di sana terdapat Sembilan bukit yakni Liau, Lisin, Tabala,
Tunggal, Bulan, Buhis, Baranahu, Kalalawit, dan yang paling populer
tentunya Tangkiling. Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling ini membentang
seluas 533 hektar dan dikelola oleh balai konservasi sumber daya alam
(BKSDA) Kalteng. Di TWA Bukit Tangkiling, wisatawan dapat menyaksikan
beberapa satwa seperti kasuari, landak, kera, dan binturong.
Bukit Tangkiling sebenarnya memiliki banyak
potensi wisata sebagai tempat wisata terpadu yang belum dimanfaatkan
secara maksimal. Selain menyajikan keindahan alam, Bukit Tangkiling juga
bisa menjadi tujuan wisata religi dengan keberadaan Biara Pertapaan
Karmel dan pura Hindu Kaharingan. Untuk meningkatkan kenyamanan Anda
selama berwisata, Anda dapat menyewa pemandu, lewat kantor resor BKSDA
Kalteng atau Anak Himba Outbound yang masih berada di TWA tersebut. Dari
puncak Bukit Tangkiling, terbentang pemandangan indah sungai Rungan dan
Pusat rehabilitasi Orangutan Nyarumenteng.
Untuk mencapai puncak Bukit Tangkiling setinggi 197 mdpl, pengunjung
harus menempuh perjalanan selama 30 menit menembus pepohonan rimbun di
kaki bukit. Waktu yang paling tepat untuk mendaki adalah pagi hari dan
sore hari dimana matahari tidak terlalu terik sehingga kurang nyaman
untuk mendaki.
Tersedia dua jalur pendakian yang bisa dilewati secara bergantian pada saat naik dan turun. Titik awal pendakian itu pun tidak jauh dari lokasi parkir kendaraan. Jika tidak kuat menanjak non stop, tidak perlu khawatir karena setelah 15 menit perjalanan ada tempat yang cukup lapang dengan beberapa bangku panjang dan meja kayu untuk beristirahat. Di lokasi istirahat ini, sebagian panorama indah telah terlihat seperti sungai Rungan, Bukit Baranahu dan hutan di sekitar Palangkaraya. Setelah sampai di atas, barulah semua jerih payah akan terbayar dengan panorama hampir ke seluruh Palangkaraya termasuk Jembatan Kahayan sepanjang 640 meter yang merupakan salah satu ikon kota Palangkaraya. Sambil menenggak minuman segar ditambah belaian angin sepoi-sepoi di puncak bukit. Amboi rasanya.
Selain menyimpan keindahan alam nan memesona, Bukit Tangkiling juga menyimpan sebuah dongeng yang menceritakan mengenai asal muasal sebuah batu besar yang ada di atas bukit. Tersebutlah seorang pemuda bernama Tangkiling, seorang saudagar kaya dengan kapal besarnya yang kerap melanglang buana. Suatu hari, singgahlah ia di pelabuhan dan turun dari kapal untuk berjalan-jalan.
Tangkiling bertemu seorang perempuan yang bernama Bawi Kuwu dan terpesona oleh kecantikannya. Demikian juga sang perempuan juga tertarik dengan kegagahan Tangkiling sehingga tidak perlu lama bagi mereka untuk menikah. Pesta pernikahan pun digelar dan mereka menikmati masa-masa indah bersama.
3 bulan setelah pernikahan, Bawi Kuwu diminta mencari kutu di kepala Tangkiling. Namun ketika menyibak rambut Tangkiling dan mendapati ada bekas luka di kepalanya, sadarlah Bawi Kuwu bahwa Tangkiling adalah anakanya.
Tangkiling pun teringat dengan kejadian 35 tahun lalu. Saat itu, Tangkiling kecil yang lapar merengek-rengek minta makan kepada ibunya, Bawi Kuwu. Rengekan Tangkiling membuat Bawi Kuwu hilang kesabaran sehingga dipukulnya kepala Tangkiling hingga terluka. Bocah itu menangis menjerit-jerit kesakitan dan berlri hingga pelabuhan dan ditolong oleh seorang saudagar yang merasa iba. Tangkiling kemudian diangkat menjadi anak dan mempunyai kapal besar hingga akhirnya bertemu dengan Bawi Kuwu.
Singkat cerita, cinta terlarang itu dikutuk oleh para dewa, sehingga Tangkiling beserta kapalnya berubah wujud menjadi batu yang saat ini bertengger di Bukit Tangkiling.
Saat ini Tangkiling banyak dikunjungi para remaja yang usil menorehkan nama-nama mereka pada batu-batu tadi di puncak bukit. Memang keindahan bukit Tangkiling ini mampu memancarkan suasana romantis.
Tersedia dua jalur pendakian yang bisa dilewati secara bergantian pada saat naik dan turun. Titik awal pendakian itu pun tidak jauh dari lokasi parkir kendaraan. Jika tidak kuat menanjak non stop, tidak perlu khawatir karena setelah 15 menit perjalanan ada tempat yang cukup lapang dengan beberapa bangku panjang dan meja kayu untuk beristirahat. Di lokasi istirahat ini, sebagian panorama indah telah terlihat seperti sungai Rungan, Bukit Baranahu dan hutan di sekitar Palangkaraya. Setelah sampai di atas, barulah semua jerih payah akan terbayar dengan panorama hampir ke seluruh Palangkaraya termasuk Jembatan Kahayan sepanjang 640 meter yang merupakan salah satu ikon kota Palangkaraya. Sambil menenggak minuman segar ditambah belaian angin sepoi-sepoi di puncak bukit. Amboi rasanya.
Selain menyimpan keindahan alam nan memesona, Bukit Tangkiling juga menyimpan sebuah dongeng yang menceritakan mengenai asal muasal sebuah batu besar yang ada di atas bukit. Tersebutlah seorang pemuda bernama Tangkiling, seorang saudagar kaya dengan kapal besarnya yang kerap melanglang buana. Suatu hari, singgahlah ia di pelabuhan dan turun dari kapal untuk berjalan-jalan.
Tangkiling bertemu seorang perempuan yang bernama Bawi Kuwu dan terpesona oleh kecantikannya. Demikian juga sang perempuan juga tertarik dengan kegagahan Tangkiling sehingga tidak perlu lama bagi mereka untuk menikah. Pesta pernikahan pun digelar dan mereka menikmati masa-masa indah bersama.
3 bulan setelah pernikahan, Bawi Kuwu diminta mencari kutu di kepala Tangkiling. Namun ketika menyibak rambut Tangkiling dan mendapati ada bekas luka di kepalanya, sadarlah Bawi Kuwu bahwa Tangkiling adalah anakanya.
Tangkiling pun teringat dengan kejadian 35 tahun lalu. Saat itu, Tangkiling kecil yang lapar merengek-rengek minta makan kepada ibunya, Bawi Kuwu. Rengekan Tangkiling membuat Bawi Kuwu hilang kesabaran sehingga dipukulnya kepala Tangkiling hingga terluka. Bocah itu menangis menjerit-jerit kesakitan dan berlri hingga pelabuhan dan ditolong oleh seorang saudagar yang merasa iba. Tangkiling kemudian diangkat menjadi anak dan mempunyai kapal besar hingga akhirnya bertemu dengan Bawi Kuwu.
Singkat cerita, cinta terlarang itu dikutuk oleh para dewa, sehingga Tangkiling beserta kapalnya berubah wujud menjadi batu yang saat ini bertengger di Bukit Tangkiling.
Saat ini Tangkiling banyak dikunjungi para remaja yang usil menorehkan nama-nama mereka pada batu-batu tadi di puncak bukit. Memang keindahan bukit Tangkiling ini mampu memancarkan suasana romantis.
Monumen Palagan Sambi
17 Oktober 1947, untuk yang pertama kalinya, TNI AU menerjunkan
pasukan di Desa Sambi, pedalaman kabupaten Kotawaringin Barat. 13 orang
dikirim sebagai penerjun untuk memenuhi permintaan gubernur Kalsel waktu
itu Ir Pangeran Mohammad Noor kepada Kepala Staf Angkatan Udara Komodor
Udara Y.Suryadarma. Pada hari yang bersejarah itu, angkatan udara RI
mengemban tugas mendirikan stasiun radio induk untuk menghubungkan
Kalimantan dengan Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan saat itu.
Untuk menjalankan misi tersebut, dibentuklah sebuah tim
beranggotakan 13 orang di bawah komando Mayor Tjilik Riwut. Namun naas,
melalui laporan oknum pengkhianat bangsa, Belanda sudah mengetahui
rencana penerjunan tersebut dan menyerang para penerjun yang diterjunkan
dari pesawat C4/Dakota RI-002 tersebut.
Pada tahun 2000, untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa
tersebut, Monumen Palagan Sambi diresmikan oleh kepala staf TNI-AU
Marsekal TNI Hanafie Asnan di desa Ambi Kotawaringin Barat. Pesawat
C4/Dakota RI-002 yang digunakan untuk misi penerjunan tersebut kemudian
diabadikan sebagai simbol monumenA. Selayang Pandang
Muara Teweh merupakan Ibu Kota Kabupaten Barito Utara yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Dayak Bakumpai, subetnis Dayak di Barito yang memeluk agama Islam. Kota kecil yang dikelilingi hutan dan bentuknya memanjang mengikuti aliran sungai ini merupakan satu-satunya kota ramai di daerah pedalaman Sungai Barito, yang membelah Pulau Kalimantan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, hingga Kabupaten Murung raya, Kalimantan Tengah.B. Keistimewaan
Sebagai kota air, Muara Teweh menyuguhkan pemandangan yang unik. Di kota kecil ini, terdapat rumah apung yang cukup banyak, berderet di sepanjang tepian Sungai Barito. Jenis rumah semacam ini dapat dianggap sebagai kearifan lokal dalam menghadapi bahaya banjir. Karena banjir di Muara Teweh pada umumnya berupa genangan, bukan air bah, jadi setinggi apapun banjir yang terjadi tidak akan menenggelamkan rumah-rumah tersebut.Di sepanjang aliran sungai, pengunjung juga akan menjumpai pemandangan alam yang menawan. Menyaksikan lebat dan hijaunya hutan Kalimantan serta mendengarkan nyanyian khas hewan-hewan yang hidup di dalamnya merupakan pengalaman berharga yang mungkin tidak akan dialami di tempat-tempat lain. Dengan menggunakan jasa ojek speed boat, pengunjung dapat menikmati sepuasnya keindahan pemandangan alam di sepanjang aliran Sungai Barito tersebut. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga yang ditawarkan, sebab tidak ada harga resmi untuk alat transportasi ini, sehingga pengunjung dapat menawarnya. Pada umumnya, besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung pada jarak tempuh yang dikehendaki oleh pengunjung.
C. Lokasi
Kawasan kota air Muara Teweh terletak di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.D. Akses
Meskipun Muara Teweh terletak di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, tetapi jalur transportasi utama justru dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari Banjarmasin, Muara Teweh dapat diakses dengan kendaraan pribadi maupun sarana transportasi umum. Jika pengunjung menggunakan sarana transportasi umum, dari Banjarmasin terdapat bus-bus besar yang menuju Muara Teweh dengan waktu tempuh sekitar 11 jam. Adapun jalur Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Muara Teweh sampai saat ini masih tersendat karena jalan sepanjang rute tersebut mengalami kerusakan parah.E. Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis.F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Sarana akomodasi dan fasilitas di kawasan wisata air Muara Teweh terbilang belum representatif. Namun demikian, di kawasan ini pengunjung masih dapat menjumpai pasar, beberapa warung makan sederhana yang menjajakan masakan khas ikan baung, tempat ibadah (masjid), pangkalan ojek speed boat, dan tempat penyewaan alat memancing.Danau Sembuluh di Propinsi Kalimantan Tengah mungkin tidak setenar Danau Maninjau atau Danau Toba di Pulau Sumatera. Namun bila dikembangkan secara serius dan berkelanjutan, bukan tidak mungkin danau terbesar di Kalimantan Tengah ini bisa menjadi ikon wisata di propinsi ini dan mendatangkan keuntungan bagi daerah dan masyarakat sekitar.
Danau Sembuluh terletak di Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan Raya, Kalimantan Tengah ini memiliki luas 7.832,5 hektar
dan merupakan danau terbesar di propinsi ini. Danau ini merupakan
tempat muaranya sungai-sungai besar dan kecil seperti sungai Kupang,
Rungau dan Ramania. Di sekitar danau terdapat beberapa desa dan
perkebunan – perkebunan yang mengelilinginya.
Sebenarnya danau Sembuluh ini memiliki potensi wisata yang cukup
bagus, mengingat pemandangan alam disini cukup indah. Pemerintah daerah
setempat juga sudah berusaha untuk mengelola dan mengembangkan potensi
wisata danau ini, namun karena untuk mencari investor yang agak susah,
jadinya perkembangannya agak lamban.
Perkampungan Di Tepi Danau |
Masyarakat di sekitar danau juga sudah memanfaatkan kekayaan di dalam danau ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menangkap ikan disini ataupun membuat keramba untuk budidaya ikan.
Untuk menuju ke lokasi danau ini dari Kota Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah dapat dicapai menggunakan kendaraan darat sejauh 240 km menuju Sampit, dan dari Sampit menuju Desa Bangkal sejauh 80 km. Dari Desa Bangkal, Danau Sembuluh bisa dicapai dengan kapal motor sekitar 20 menit.
Semoga di tahun – tahun yang akan datang, Danau Sembuluh bisa menjadi objek wisata yang dapat dibanggakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah bahkan Indonesia.
Keindahan Sampit, Kalteng yang Mulai Hilang di Telan Waktu
Posted: Januari 13, 2013 in Uncategorized
Dok: M. Syaiful Fuadi (Pusat Perbelanjaan Mentaya di Sampit)
Indah bukan foto di atas. Itu foto pusat perbelanjaan mentaya
namanya, diambil oleh temanku M. Syaiful saat malam hari. Wah, jika
malam tempat ini memang menjadi pilihan untuk pergi nongkrong atau
sekedar nongkrong sambil mencari makan atau memancing. Tempat ini berada
di pinggiran kota Sampit. Bayangkan, pinggirannya saja seindah ini
apalagi pusat kotanya Namun foto ini tidak akan kalian temukan di
pencarian google.com. Yah silahkan saja kalian cek.Enak rasanya hidup dijaman seperti sekarang ini. Jaman dimana segalanya dapat ditelusuri memalui dunia maya. Kita dapat berbicara/chat, berkirim pesan dan lain sebagainya hanya melalui internet. Selain lebih efektif dan efesien, tentunya juga lebih murah dari segi ekonomi. Kita tidak perlu repot-repot menemui teman kita jika hendak sekedar bertatap muka atau ngobrol.
sumber : http://ariefsaray.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar